Minggu, 27 September 2020

Jangan Menjadi Orang Lain


Nama               : Nafia Albashita Setyawan

Fakultas           : Ilmu Komputer

Jurusan            : Teknik Informatika

Cluster             : 60

NIM                : 205150200111005 

Jangan Menjadi Orang Lain


“Love yourself first, before you love someone,” kata-kata yang menjadi pegangan saya selama menjalani hidup yang sulit ini. Saya sering berhadapan dengan yang namanya insecure karena saya selalu merasa belum menjadi wanita dengan standar kecantikan yang beredar di masyarakat. Putih, langsing, tinggi, memiliki hidung mancung, pipi tirus, dan hal-hal lain yang mereka anggap sempurna itu. Jadi wanita itu berat. Kita selalu dituntut untuk berpenampilan sempurna dihadapan semua orang. Wanita selalu dinilai dari penampilannya.

 

Hei, itu pikiran kolot. Jangan paksakan dirimu untuk selalu mengikuti standar kecantikan yang mereka ciptakan itu. Setiap wanita mempunyai standar kecantikannya, jangan samakan dirimu dengan orang lain. Setiap wanita itu cantik dengan caranya sendiri. Kamu cantik. Kamu tidak bisa dibandingkan dengan orang lain.

 

Awalnya memang sulit untuk menerima keadaan  saya. Saya jauh dari kata sempurna yang mereka anggap. Bahkan saya selalu dituntut oleh orang disekitar saya untuk menjadi sosok wanita yang kata mereka sempurna. Bukan hanya itu, saya juga sering dihadapkan dengan body shaming. Mereka mengatakan itu seolah-olah saya adalah makhluk paling tidak sempurna di dunia ini. Saya pun tidak bisa berkata apa-apa saat itu. Yang bisa saya lakukan hanyalah tersenyum. Kemudian ketika sendiri saya menangis. Menangis sejadi-jadinya. Sampai saya pernah berpikir kenapa saya terlahir menjadi wanita? Kenapa Tuhan tidak menjadikan saya wanita yang sempurna?

 

Setelah kejadian menyakitkan itu saya bertekad untuk merubah diri. Mengurangi porsi makan, olahraga, merawat diri. Memaksakan hal yang sebenarnya saya sendiri tidak mampu.  Semua saya lakukan tanpa memedulikan batasan diri hingga akhirnya saya jatuh sakit.

 

Kemudian orang tua saya berkata, “Kamu ngapain nyiksa diri gitu? Jadilah dirimu sendiri, gak perlu mengikuti standar kecantikan orang.” Selain itu kekasih saya juga berkata, “Kamu cantik. Kamu cantik dengan caramu sendiri. Stop insecure jangan jadi seseorang yang gak kamu inginkan.” Saya tersenyum mendengarkan ucapan mereka, kali ini bukan senyuman palsu untuk menahan rasa sakit, ini senyuman bahagia. Memang benar, kita perlu jatuh untuk tau apa itu bahagia.

 

Sejak itu saya mulai sadar. Saya telah mengabaikan orang-orang yang menerima saya apa adanya, orang-orang yang mencintai ketidaksempurnaan saya, orang-orang yang tidak pernah menuntut saya hanya karena orang-orang yang tidak pernah memikirkan perasaan saya. Saya juga mengabaikan diri saya sendiri hanya karena ucapan setan itu. Saya lupa untuk mencintai diri sendiri sebelum saya mencintai orang lain.

 

Perlahan namun pasti akhirnya saya bisa menerima diri saya, bisa mencintai diri sendiri, berhenti mendengar ucapan yang menyakitkan, dan berhenti mengikuti standar kecantikan yang ada.

 

Tak apa masalah tinggimu kurang dari 160, gelap atau terang kulit, gendut atau kurus, pesek atau mancung. Kamu indah dengan dirimu. Ciptakan standar kecantikanmu sendiri, tidak akan ada habisnya jika kita terus mengikuti standar kecantikan yang mereka ciptakan. Jadilah dirimu sendiri tanpa paksaan orang lain. Abaikan orang yang selalu menuntutmu, perhatikan orang yang selalu menerima dirimu apa adanya. Tinggalkan lingkungan yang membuatmu merasa tidak bisa menjadi diri sendiri.


Bukan untuk wanita saja. Untuk kalian para lelaki yang juga sedang merasa insecure buatlah standar ketampanan dan kesuksesan diri kalian sendiri. Lihatlah orang disekitarmu yang mampu menerimamu apa adanya. Dan yang terpenting terima dirimu sendiri terlebih dahulu, pahami dirimu, cintai dirimu. Ingat “Love yourself first before you love someone.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar